F E N Y E S

F E N Y E S
my fashion line
CO.CC:Free Domain

Friday, January 9, 2009

Gulali Kata

kata bagai senjata
merubah darah menjadi gula-gula
apalagi dipakai si paras betina
sungguh nikmat rasanya

hei perempuan yang disana..
mengapa masih saja panas hati
lihatlah kemari

ku buktikan kata bisa menyelesaikannya..
seperti anak kecil yang berhenti menangis
ketika diberi gula-gula

lelaki mu pun tak kan pergi kemana
menggantikan mu dengan yang lebih cantik
sungguh bukan perkara sulit

namun tutur kata manis
dan kesabaran mu yang telah teruji
sungguh bukan sandiwara

----------------------------------------------------------------

aku pun kagum
memperhatikan mu, 
damai..

seandainya aku kaum lelaki
sungguh mati tolol benar kalau ku melewatkan mu

i hate this part, right here..

tubuhmu dan tubuhku, sudah jelas berbeda
pikirmu dan pikirku, berbeda
inginmu dan inginku, kemungkinan tak sama
kau pria dan aku wanita
sadarkah kau kita berbeda?
karena aku kadang terlupa..

segelas susu mengawali pikiranku yang sulit diatur
pikiran yang gelisah mencari tempat berteduh, dan kadang pikiranku kesepian
kata ibuku, kurang doa..

dulu aku selalu ingin jadi anak lelaki
karena aku tak pernah diijinkan bermain diluar rumah
katanya itu hanya untuk yang laki-laki
aku juga bosan mendengar petuah2
dimana adik lelakiku tak pernah
katanya, "dia kan laki2, biarkan saja.."

mungkin aku bibit pemberontak yang keras kepala
selalu berusaha menyelinap dari norma dan tanggung jawab
mengesalkan orang2 yang dituakan
membuat mereka berpikir aku anak kurang ajar
ketika aku selalu bertanya "emangnya kenapa?"
namun akhirnya mereka menyerah dengan kesal dan pusing kepala

lalu aku beranjak remaja,
aku tak lagi menginginkan berubah menjadi lelaki
aku benci laki-laki
aku bahkan bersumpah
dan mengharapkan untuk bisa hidup tanpa lelaki
bagi mataku kala itu
lelaki adalah mahluk berbahaya yang kejam

sekadar memar dan luka
aku sudah biasa
sakitnya pun tak akan lama
tapi kusayangkan
traumaku menggores terlalu dalam

aku tumbuh dewasa
dan aku menjadi sulit dimengerti
aku pun sulit mengerti diriku sendiri
ketika dihadapkan dengan lelaki
menyangkut perasaan dan logika
perasaan mencinta lelaki menjadi ketakutan
walau aku mendamba
logikaku sepertinya sudah tercemar trauma



***
kemarin aku ungkapkan perasaanku ini pada ibu
aku bicara sambil menangis
ibuku tak mau mengerti apa yang aku bicarakan
nangisku semakin menjadi-jadi
aku kesulitan bernafas
ibuku melunak
aku katakan pada ibu,
"ibu aku juga tak mau seperti ini,
namun sungguh pikiran ini terlalu jahat,
dan aku tak sanggup melawannya sendirian"

Jangan menangis sayang, malaikatmu masih disini...

Hatinya rapuh
Tak seperti gambaran luar dirinya yang tampak gagah,
murah senyum,
humoris,
dan ketidak-sensitifan wajar milik para pria
Kuyakin hatinya kelabu

Setiap hari dijalani dengan melawan ketakutan di masa lalu
Kesalahan yang mengecewakan hati ibu
Ibu yang ia tahu sangat mencintainya
Bahkan ibu selalu bisa menerimanya kembali
Walau ia telah bertindak sangat menyakitinya.

Caci dan maki telah dilontarkan atas kaumnya yang hina
Hingga rasa malu sudah tak sanggup lagi membawanya kembali
Tak seperti mereka, kurasakan dirinya berbeda
Berjuang menata kembali hidupnya,
Dengan sisa kekuatan dan bantuan ayat-ayat doa yang nyaris terlupa

Merindu belaian kasih sayang orang yang dicinta
Berharap mereka masih percaya
Hatinya perih penuh sesal mengingat luka yang begitu dalam ditinggalkan

Kadang terlintas dibenaknya untuk mengakhirinya,
namun ternyata ia terlalu lemah untuk itu

Memalukan
Ia hanya sanggup untuk menangis

Kulihat ia membenamkan dirinya dalam-dalam di ujung ruangan yang kelam,
menunggu sesuatu atau seseorang kan datang memeluknya,
dan mengatakan…

“jangan menangis sayang, malaikatmu masih disini”.

Lisanku Enggan

jangan paksa aku bicara
berusaha menerjemahkan perasaan bimbang dan ragu yang ada
lewat bahasa dan logika
lidah ini kelu tak punya daya
saat kau menatapku penuh arti
dan menggenggamku dengan mimpi

kurasakan diriku jatuh dipelukanmu
namun tidak hatiku
entah dimana kini dia berada
terselip diantara hasrat dan permainan// kurasa

disini, dibelakang mereka
mengapa kau menangis?
merasa sia-sia

kumohon pergilah wahai engkau sang pencinta
walau tanpa kata-kata,
sebelum habis air dari mata
yang dulu pernah buatku mengila